Peragaan Manasik Haji Bagi Anak Usia Dini

Salah satu aktivitas yang secara umum dilakukan dalam penanaman nilai moral dan agama anak usia dini yang dilakukan secara serentak baik tingkat kecamatan maupun tingkat kotamadya di seluruh tempat di Indonesia yaitu peragaan manasik haji . Secara umum peragaan manasik ini mengacu langkah - langkahnya pada penerapan prosesi haji yang sesungguhnya dengan menerapkan pakaian yang sesuai pada kenyataannya yaitu yang laki-laki memakai pakaian ihrom sementara yang wanita memakai pakaian muslim lengkap dan tahapan-tahapannya pun diadaptasi dengan aktivitas haji pada umumnya. Pelaksanaanya biasanya dilakukan di tempat terbuka dengan bentuk miniatur kabah dan penyelenggaranya sekarang sudah begitu banyak ada yang melibatkan kementrian agama namun ada juga yang swasta dengan banyak sekali macam kemudahan yang didapat untuk sekolah PAUD masing - masing .

Salah satu aktivitas yang secara umum dilakukan dalam penanaman nilai moral dan agama anak  Peragaan Manasik Haji Bagi Anak Usia Dini

Mengenai pelaksanaan manasik haji bagi anak PAUD ada 2 pandangan yang berbeda yaitu ada yang berpendapat perlu dilakukan namun ada yang berpendapat tidak perlu dilakukan dengan alibi masing-masing yang cukup kuat. Hanya saja sebuah alasan yang terkadang cukup pula menjadi pertimbangan yaitu alasannya karakteristik anak usia dini yaitu anak yang berimajinasi berpengaruh dan selalu ingin tahu maka ini yaitu salah satu pilihan penerapan nilai-nilai agama pada anak AUD yang dapat dilakukan. Namun seberapa besar pengaruhnya maka saya mencoba untuk membahasnya.

Dalam setiap usulan yang dibuat untuk menarik penyelenggara PAUD mengikuti peragaan manasik haji ini selalu menunjukkan tujuan utama  bahwa ini merupakan salah satu penanaman nilai- nilai aqidah bagi pemantapan kepercayaan dan Islam pada anak PAUD namun seberapa efektifnya aktivitas ini saya mencoba mengkaji dari beberapa teori diantaranya
 
Semiawan ( 2002) ,menguraikan ciri-ciri berfikir anak usia dini sesuai dengan teori Piaget ,terdiri dari [1]
  • Berfikir secara kongkrit,dimana kemampuan representasi simbolis yang memungkinkan seseorang untuk memikirkan hal aneh ( menyerupai cinta,keadilan,dan Tuhan  ) belum dapat dipahami.
  • Realisme ,yaitu kecenderungan yang berpengaruh untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang real atau aktual .
  • Egosentris ,yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang nya sendiri dan tidak mudah mendapatkan penjelasan dari sisi yang lain
  • Kecenderungan untuk berfikir sederhana dan tidak mudah mendapatkan sesuatu yang majemuk
  • Animisme yaitu kecenderungan untuik berfikir bahwa semua obyek di lingkungan sekitarnya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak
  • Sentrasi,yaitu kecenderungan untuk mengkonsentarikan diri hanya pada satu aspek dari suatu situasi
  • Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang amat kaya dan imajinasi ini merupakan awal munculnya bibit kreativitas anak

Melalui penelaahan terhadap cara Nabi Muhammad dalam mempergauli anak-anak,kita temukan ada 5 pilar mendasar di dalam menanamkan aqidah ini : [2]
  • Pendiktean kalimat tauhid kepada anak
  • Mencintai Yang Mahakuasa SWT dan merasa diawasi oleh Nya ,memohon pertolongan kepada Nya serta beriman kepada Qodho dan Qodar
  • Mencintai Nabi SAW dan keluarga beliau
  • Mengajarkan Al Qur’an kepada anak
  • Mendidik keteguhan dalam Aqidah dan siap berkorban karenanya .

Hurlock dalam bukunya Psikologi perkembangan menyatakan ada 6 ancaman yang umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku bawah umur yaitu [3]
  • Perkembangan arahan moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-konsep media massa wacana benar dan salah yang tidak serupa dengan arahan orang dewasa
  • Tidak berhasil membuatkan suatu hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku
  • Disiplin yang tidak konsekuen membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan
  • Hukuman fisik merupakan rujukan agresivitas anak
  • Menggangap sumbangan teman-teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku itu menjadi kebiasaan
  • Tidak tabah terhadap perbuatan lain yang salah

Dari ketiga pandangan diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penanaman perilaku dilakukan atas dasar keyakinan bahwa anak sudah harus sisp untuk menghadpi apapun berdasarkan imajinasinya. Sebuah persepsi atau pun pemahaman terhadap suatu konsep yang tertanam di dalam hatinya merupakan pengaruh atau stimulus yang di berikan oleh lingkungan sekitar dengan model yang dapat ditiru bahkan diteladani. Saya mencoba untuk mengkajinya dari sisi pengalaman saya mengikuti beberapa kali pelaksanaan manasik haji di beberapa tempat yang berbeda.
 
Ketika anak diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan manasik haji pada dasarnya anak merasa senang untuk mengikutinya dengan gambaran bahwa ia akan menjadi sesosok calon haji kecil. Dalam pelaksanaannya setiap rombongan yang datang diberikan bendera kloter, kemudian talbiyah bersama menuju tempat wukuf, duduk sebentar dengan mengucapkan doa wukuf, kemudian anak diarahkan menuju tempat mudzalifah kemudian duduk lagi sebentar menuju tempat jamarot ( Ula, Wustho, Aqobah ) kemudian menuju miniatur Ka’bah  dimulai dari Hajar Aswat dengan mengucapkan doa, kemudian ke Maqom Ibrahim, kemudian ke sumur zam-zam, ke Bukit Shofa dan bukit Marwah, Tahalul lalu sholat berjamaah bersama 2 rokaat. Dikaji dari runtutan aktivitas tersebut memang sesuai dengan urutan aktivitas yang dilakukan di kota Mekkah yang dilakukan oleh calon haji dari seluruh penjuru dunia hanya sayangnya saya sering sekali mendapati beberapa hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh pelaksana atau panitia manasik haji itu sendiri seperti:
  1. Ketika memulai dari Hajar Aswad jangan di sebutkan adanya garis coklat  ( alasannya di depan Ka’bah yang asli sudah tidak ada garis coklat tersebut semenjak tahun 2007 ) terutama jikalau pelaksanaannya di asrama haji Pondok Gede ( alasannya di Pondok Gede garis itu masih terlihat terang ) biar tidak terekam dalam benak anak bahwa jikalau nanti saya ke Mekkah maka saya harus mencari garis coklat untuk memulai thawaf .
  2. Hendaklah dijelaskan bahwa thawaf itu bergotong-royong 7 kali bukan 1 kali yang dilaksanakan pada peragaan manasik ini
  3. Hendaklah di jelaskan bahwa melontar jumroh 7 kali lemparan bukan 3 kali lemparan menyerupai yang dipraktekkan.
  4. Hendaklah dijelaskan bahwa perjalanan dari Shofa ke Marwah yaitu perjalanan sejarah Nabi Ismail ketika kehausan dengan usaha keras ibunya Siti Hajar jadinya dengan kakinya keluar air zam-zam .dan pelaksanaannya 7 kali bukan 1 kali
  5. Hendaklah panitia memahami betul bahwa peragaan ini untuk memotivasi anak untuk timbul niat berhaji suatu dikala kelak bukan hanya sekedar anak keluar dari lingkungan sekolah untuk jalan-jalan .Karena dikaji dari karakteristik PAUD bahwa anak usia dini merekam apa yang dialaminya secara otomatis.

Seberapa efektifkah pelaksanaan manasik haji ini ? Berdasarkan yang saya amati ketika saya menjadi Panitia peragaan manasik haji saya belum temukan adanya kesan yang begitu membekas pada diri anak bahkan anak merasa lelah,capek dan panas saja.Mereka merasa bahwa pelaksaaan ini begitu berat alasannya harus berdesak-desakan .Menurut saya langkah-langkah yang harus dilakukan guru jikalau ini menjadi suatu yang berkesan pada anak yaitu :
  1. Ketika akan melatih anak mengenai manasik haji perlu diberikan pemahaman terlebih dahulu bahwa anak harus memiliki niat untuk pergi haji alasannya ini merupakan salah satu Rukun Islam .
  2. Putarkanlah video wacana perjalanan ibadah haji yang bergotong-royong di dalam ruang kelas sehingga anak memahami bahwa yang akan mereka lakukan nanti cukup berat
  3. Guru harus memahami betul tata pelaksanaan manasik haji ini dengan baik biar tidak salah menunjukkan penjelasan nantinya kepada anak .
  4. Berikan penjelasan bahwa peragaan ini hanyalah untuk mengenalkan bagaimana melakukan ibadah haji dan peragaan ini hanya singkat bukan yang sesungguhnya mengingat waktu dan cuaca
  5. Ketika peragaan ini berlangsung anak dilatih untuk menjaga mulutnya untuk tidak mengeluh dan guru hendaklah mengajarkan anak untuk antri mengikuti aturan sesuai dengan bendera  kloternya untuk melatih kesabaran anak didik dan penanaman nil;ai disiplin pada anak serta kekompakkan .
  6. Anak diajarkan untuk mengikuti semua urutan dengan hati senang  alasannya ini merupakaqn perintah dari Yang Mahakuasa SWT dan semua insan selaku makhluknya harus mematuhinya .
  7. Karena ini merupakan salah satu proses pembelajaran maka buatlah oleh guru untuk dijadikan aktivitas ini sebagai aktivitas yang menyenangkan bagi anak .
  8. Apabila hal itu dilakukan maka Insya Yang Mahakuasa peragaan manasik haji anak usia dini menjadi sesuatu yang berkesan bagi kehidupannya di masa yang akan datang .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Zikir Dan Doa Ketika Tawaf

Amalkan Wirid Ayat Seribu (1000) Dinar Agar Rezeki Cepat Datang