Sejarah Batu Hajar Aswad
Sejarah Asal Usul Batu Hajar Aswad
Sejarah Asal Usul Batu Hajar Aswad bermula ketika nabi Ibrahim (Abraham) dan anaknya sedang membangun Ka’bah, dimana pada masa itu aneka macam komponen-komponen yang tidak terpenuhi. Ka’bah waktu itu belum memiliki atap maupun pintu, jadi Ibrahim dan Ismail berusaha keras untuk membawa bebatuan dari beberapa gunung yang ada untuk menyelesaikan konstruksi bangunan tersebut. Hajar Aswad sendiri menjadi sebuah hal penting ketika umat Islam sedang melaksanakan perjalan Haji, dimana tawaf dimulai dan diakhiri dikala para umat yang sedang berhaji menatap kerikil ini. Selama bertahun-tahun, tak terhitung lagi jumlah orang termasuk nabi Muhammad, para sahabat, dan jutaan umat Muslim yang mencium kerikil ini ketika mereka sedang melaksanakan perjalanan Haji.
Menguak Sejarah Hajar Aswad dan Hubungannya dengan Ka’bah
Asal Usul kerikil Hajar Aswad tidak bisa lepas dari sejarah Ka’bah itu sendiri. Pembangunan Ka’bah, menurut al-Qur’an pada surat al-Baqarah ayat 127 dilakukan oleh Ibrahim dan anaknya, Ismail. Diceritakan bahwa Tuhan telah menunjukkan pada Ibrahim dimana mereka harus melaksanakan pembangunan, yaitu kawasan yang amat erat dengan sumur Zamzam, jadinya Ibrahim dan Ismail mulai mengerjakan konstruksi Ka’bah kira-kira pada tahun 2130 sebelum masehi. Ketika pembangunan ini tengah berlangsung, Ibrahim menyadari bahwa amat banyak komponen-komponen Ka’bah yang tidak bisa dibuat alasannya kurangnya bahan, sehingga jadinya ia dan Ismail pergi menyusuri beberapa gunung untuk membawa bebatuan dengan tujuan menyelesaikan konstruksi Ka’bah tersebut
.
Bahkan setelah seluruh bab Ka’bah selesai dibangun, Ibrahim masih merasa bahwa ada satu bab penting yang hilang. Ada salah satu sumber yang mengatakan bahwa Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencarikan satu kerikil lagi yang dapat memberi “sinyal” kepada umat manusia. Mendengar hal ini, Ismail pergi dari satu bukit ke bukit yang lain hanya demi mencari kerikil yang bisa menjadi suar dan memberi tanda kepada seluruh umat manusia, dan pada dikala inilah, malaikat Jibril diutus Tuhan untuk membawakan sebuah kerikil yang konon katanya dulunya berwarna putih dan memberikannya kepada Ismail. Mendapati kerikil putih yang cantik tersebut, Ismail pulang dan alangkah bahagianya Ibrahim melihat kerikil yang ia bawa. Ismail kemudian menjawab pertanyaan Ibrahim perihal lokasi kerikil ini dengan tanggapan “aku mendapatkan ini dari seseorang yang tidak akan membebani anak cucuku maupun anak cucumu (Jibril)” kemudian Ibrahim mencium kerikil tersebut, dan gerakan tersebut kemudian diikuti oleh Ismail.
Sejarah Asal Usul kerikil Hajar Aswad kembali berlanjut setelah kerikil diletakkan oleh Ibrahim di sudut timur Ka’bah. Tepat setelah melaksanakan hal itu, Ibrahim mendapat wahyu dimana Tuhan memerintahkannya untuk pergi dan memproklamirkan bahwa umat insan harus melaksanakan ziarah supaya Arabia bisa didatangi oleh orang-orang dari kawasan yang jauh. Beberapa peneliti percaya bahwa Ka’bah benar dibangun pada tahun 2130 sebelum masehi. Penanggalan ini dinilai konsisten dengan kepercayaan umat Muslim bahwa Ka’bah merupakan masjid pertama dan tertua dalam sejarah. Menurut literatur kaum Samaritan, dalam buku yang berjudul Secrets of Moses tertulis bahwa Ismail dan anak tertuanya, Nebaioth ialah orang yang membangun Ka’bah dan juga kota Mekah. Buku ini dipercaya telah ditulis pada kala ke-10, sementara ada pendapat lain yang menganggap buku ini ditulis pada paruh kedua kala ke-3 sebelum masehi.
Hajar Aswad sendiri bekerjsama sudah menjadi sesuatu yang dihormati bahkan sebelum dakwah perihal Islam oleh Muhammad. Ketika era Muhammad tiba, kerikil ini juga sudah diasosiasikan dengan Ka’bah. Karen Armstrong dalam bukunya yang berjudul Islam: A Short History, menuliskan bahwa Ka’bah didedikasikan kepada Hubal, salah satu yang kuasa dalam kepercayaan Nabatea, dan di dalamnya ada 365 berhala yang tiap-tiapnya merepresentasikan satu hari dalam satu tahun. Menurut Ibnu Ishaq yang merupakan biografer Muhammad di era awal, Ka’bah sendiri dianggap sebagai dewi, tiga generasi sebelum Islam muncul. Kultur semitik Timur Tengah juga memiliki tradisi untuk menggunakan batu-batu abnormal sebagai penanda kawasan penyembahan, sebuah fenomena yang tertulis baik di Alkitab Yahudi maupun Qur’an.
Pada era Nabi Muhammad SAW, sejarah kerikil Hajar Aswad menjadi penting dikala beberapa klan di Mekah tabrak untuk menentukan siapa yang pantas meletakkan Hajar Aswad kembali ke Ka’bah setelah renovasi akhir kebakaran besar. Setelah sebelumnya hampir terjadi perang, para tetua klan mulai menyetujui anjuran bahwa mereka harus bertanya kepada orang berikutnya yang melewati gerbang Ka’bah, dan kebetulan orang itu ialah Muhammad yang masih berusia 35 tahun. Setelah mendengar pokok permasalahan, Muhammad meminta para pemimpin klan untuk membawakannya sebuah kain, yang kemudian ia gunakan untuk meletakkan Hajar Aswad di bab tengah kain tersebut. Setelah diletakkan, Muhammad meminta setiap ketua klan untuk memegang sisi ujung dari kain tersebut, mengangkatnya, dan membawanya ke posisi yang sempurna untuk meletakkan Hajar Aswad. Setelah tiba di tempatnya, Muhammad sendiri yang mengambil dan meletakkan Hajar Aswad di posisi yang seharusnya, dan hal ini berhasil menggagalkan perang yang mungkin terjadi di antara klan-klan Mekah tadi.
Sejarah mengenai kerikil Hajar Aswad terus berlanjut tapi sebelumnya ia sempat mengalami beberapa kerusakan yang signifikan. Batu ini juga diceritakan pernah pecah oleh kerikil yang ditembakkan oleh katapel dikala terjadi penyerangan Mekah oleh Umayyad. Fragmen-fragmen kerikil yang pecah itu kemudian disatukan kembali oleh Abdullah Ibnu Zubayr menggunakan perak. Pada tahun 930, kerikil tersebut dicuri oleh kaum Qarmati sampai ke kawasan yang sekarang berjulukan Bahrain. Kini, kerikil ini menjadi bab penting dalam upacara keagamaan umat Islam, yaitu ketika mereka melaksanakan haji.
Sekian artikel singkat mengenai asal undangan kerikil hajar aswad, semoga menjadi pengetahuan gres untuk anda semua. Terima kasih telah mengunjungi halaman kami Kumpulan Sejarah
.
Komentar
Posting Komentar